Paradoks Kecerdasan: Mengapa Pendidikan Tinggi Tidak Selalu Berbanding Lurus Dengan Kebajikan.
Oleh : Gregorius Cristison Bertholomeus, S.H.,M.H
Pertanyaan tentang mengapa orang cerdas dan berpendidikan tinggi seringkali menunjukkan perilaku tidak pantas telah menjadi perdebatan hangat saat ini.
Faktanya, pendidikan bukanlah satu-satunya penentu kepribadian dan perilaku.
Analisis
1. Pendidikan vs. Karakter : Pendidikan formal fokus pada pengetahuan dan keterampilan, bukan pada pembentukan karakter.
Oleh karena itu, seseorang dapat cerdas secara intelektual tetapi kurang dalam hal empati dan kesadaran sosial.
2. Pengaruh Lingkungan : Lingkungan dan pengalaman hidup berperan besar dalam membentuk perilaku.
Orang yang tidak berpendidikan formal mungkin memiliki nilai-nilai dan norma yang kuat dari lingkungan mereka.
3. Kesadaran Emosional : Kecerdasan emosional (EQ) tidak selalu sejalan dengan kecerdasan intelektual (IQ).
Seseorang dapat memiliki IQ tinggi tetapi EQ rendah.
4. Tekanan Sosial dan Stres : Orang berpendidikan tinggi mungkin mengalami tekanan sosial dan stres yang lebih besar, menyebabkan perilaku tidak pantas.
5. Kurangnya Pendidikan Karakter : Sistem pendidikan yang fokus pada prestasi akademik seringkali mengabaikan pendidikan karakter.
Contoh Perilaku Tidak Pantas
1. Kekerasan dalam rumah tangga
2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Cemburu berlebihan
4. Perilaku agresif
Solusi
1. Pendidikan Holistik : Integrasikan pendidikan karakter dan nilai-nilai ke dalam kurikulum.
2. Pengembangan Kecerdasan Emosional : Latih kesadaran emosional dan keterampilan sosial.
3. Dukungan Sosial : Berikan dukungan sosial dan konseling untuk mengatasi stres dan tekanan.
4. Contoh yang Baik : Teladani perilaku positif dari tokoh panutan.
Kesimpulan
Pendidikan tinggi tidak menjamin kepribadian baik.
Perlu adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter, kesadaran emosional, dan dukungan sosial untuk membentuk individu yang cerdas dan berakhlak baik.