*Enough is Enough: Dismissal of Indonesian Police Chiefs Demanded*

- Penulis Berita

Kamis, 2 Januari 2025 - 08:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

*Enough is Enough: Dismissal of Indonesian Police Chiefs Demanded*

 

Jakarta patrolinews86.com – “Enough is enough,” declared Wilson Lalengke, an alumnus of PPRA-48 Lemhannas RI (National Resilience Institute of Indonesia), in a strongly worded statement on Wednesday, January 1, 2025. Lalengke, who is also the Chairman of the Indonesian Citizen Journalists Association (PPWI), called on President Prabowo Subianto to take immediate action by dismissing National Police Chief Listyo Sigit Prabowo and Metro Jaya Police Chief Karyoto over the involvement of some police officers in the extortion scandal concerning attendees of the Djakarta Warehouse Project (DWP).

“Enough is enough. We cannot allow the reputation of this nation to be further tarnished by the criminals within its police force,” Lalengke said, expressing his frustration over the ongoing scandal that has attracted widespread international attention. “These two high-ranking officers must be held accountable for the criminal acts committed by their subordinates. If they fail to act decisively, they must face the consequences.”

*A Crime Between Nations*

According to Lalengke, the DWP extortion case is not just a matter of domestic criminal action but represents a crime between nations. The victims, who are foreign citizens, are unlikely to view the perpetrators as individual officers but will instead label them as criminals from Indonesia. This is not only a disgrace for the police force but a national embarrassment.

“The foreign victims of this extortion will not distinguish between the individual officers involved; they will see them as ‘Indonesians’ who have committed crimes against them. This is incredibly embarrassing. The actions of these officers have stained the image of our nation on the international stage,” Lalengke continued. “The face of Indonesia is being tarnished by the immoral and corrupt behaviour of its police officers. It is as if the nation is covered in shame.”

Wilson Lalengke, a postgraduate graduate in Global Ethics from Birmingham University, England, emphasized the serious diplomatic repercussions of the case. He pointed out that such incidents not only damage the credibility of the Indonesian police but also harm the nation’s international relations.

*Urgent Call for Accountability*

Lalengke’s statement highlights the urgent need for President Prabowo to take immediate and decisive action to restore public trust in the police force. He stressed that the police leaders involved in the scandal must be held accountable for their roles in allowing or facilitating the extortion of foreign citizens.

“These individuals have brought shame upon the entire nation. It is time for the President to show leadership and dismiss the National Police Chief and the Metro Jaya Police Chief. They must be held responsible for the actions of their subordinates, and their failure to act must not go unpunished,” Lalengke added.

Nevertheless, referring to the police involved as ‘brown planthoppers’—a derogatory term implying pests—Lalengke expressed his disbelief at the scale of the crime, which he described as ‘beyond reason’. The extortion extends, which affected 400 victims simultaneously, has led to a staggering financial loss of 32 billion IDR. Lalengke called the incident ‘massive’ and hard to believe.

“I find it hard to believe that these police acted on their own initiative,” Lalengke remarked. “It is likely that they were given orders by their commanders, including the National Police Chief through the Regional Police Chief. If the highest-ranking officer in the police force is involved in this scandal, we must ask: who ordered them to carry out such an outrageous act? It is utterly unreasonable to think that these police did not consider the consequences. They must have been aware that 400 victims would not stay silent, especially since all of them are foreigners, who would undoubtedly speak out when they return to their home countries.”

Lalengke stressed that regardless of the reasons behind this criminal act, the reputation of Indonesia has been severely tarnished on the international stage. He emphasized that this scandal has shone a spotlight on the abuse of power within the police force, and for this, the National Police Chief must be held accountable.

*Call for Interpol Involvement*

Wilson Lalengke further stressed the gravity of the extortion case involving foreign nationals, calling for the involvement of the International Police (Interpol) to ensure a thorough investigation. According to Lalengke, this case goes far beyond typical domestic extortion, as it involves foreign nationals being victimized by perpetrators from within Indonesia.

“This is not an ordinary case of extortion, where citizens are exploited by their own fellow citizens, which unfortunately happens too often,” Lalengke remarked. “This is a crime with international ramifications, and it must be handled as such. The involvement of Interpol is crucial to ensure that this case is properly investigated. We are dealing with 400 foreigners who have been victims of criminal acts carried out by perpetrators from another country. Given the involvement of state officials in this matter, there is a clear conflict of interest, and it is highly unlikely that the local authorities can conduct an unbiased investigation.”

Lalengke did emphasize that the seriousness of this case demands international attention, given the scale of the crime and the number of foreign nationals affected. He called on Interpol to step in and assist local authorities to ensure that justice is served.

In addition to his strong stance on the extortion case, Lalengke’s recent actions have earned him recognition on the global stage. He was recently honoured by the Russian Embassy in Jakarta for his efforts in defending Russian journalists who faced discrimination from UNESCO during the ongoing Ukraine-Russia conflict.

“This case not only tarnishes Indonesia’s international reputation but also highlights the need for stronger accountability and transparency in law enforcement. The police must answer for their actions, and the perpetrators must face justice, no matter where they come from,” Lalengke concluded. (APL/Red)

*    —————-   *

*Cukup Sudah: Pemecatan Kapolri Dituntut*

 

Jakarta – “Cukup sudah,” kata Wilson Lalengke, alumnus PPRA-48 Lemhannas RI (Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia), dalam pernyataan tegas pada Rabu, 1 Januari 2025. Lalengke yang juga Ketua Umum Persatuan Jurnalis Warga Indonesia (PPWI) meminta Presiden Prabowo Subianto segera mengambil tindakan dengan memberhentikan Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya Karyoto atas keterlibatan sejumlah anggota polisi dalam kasus tersebutskandal pemerasan terhadap peserta Djakarta Warehouse Project (DWP).“Cukup sudah. Kita tidak bisa membiarkan reputasi bangsa ini semakin ternoda oleh para penjahat di kepolisian,” kata Lalengke, mengungkapkan rasa frustrasinya atas skandal yang telah menarik perhatian internasional secara luas. “Kedua perwira tinggi ini harus mempertanggungjawabkan tindak pidana yang dilakukan anak buahnya. Jika mereka gagal mengambil tindakan tegas, mereka harus menghadapi konsekuensinya.”

 

*Kejahatan Antar Bangsa*

Menurut Lalengke, kasus pungli DWP bukan sekadar persoalan tindak pidana dalam negeri, melainkan merupakan kejahatan antar bangsa. Para korban, yang merupakan warga negara asing, kemungkinan besar tidak akan memandang pelaku sebagai petugas perorangan, melainkan akan mencap mereka sebagai penjahat asal Indonesia. Ini bukan hanya aib bagi kepolisian tapi juga aib nasional.

 

“Korban asing dari pemerasan ini tidak akan membedakan petugas yang terlibat; mereka akan melihat mereka sebagai ‘orang Indonesia’ yang telah melakukan kejahatan terhadap mereka. Ini sungguh memalukan. Tindakan oknum aparat tersebut telah mencoreng citra bangsa kita di kancah internasional,” lanjut Lalengke. “Wajah Indonesia ternoda oleh perilaku asusila dan korup aparat kepolisiannya. Seolah-olah bangsa ini diliputi rasa malu.”

 

Wilson Lalengke, lulusan pascasarjana bidang Etika Global dari Universitas Birmingham, Inggris, menekankan dampak diplomatik yang serius dari kasus ini. Ia menegaskan, kejadian seperti itu tidak hanya merusak kredibilitas kepolisian Indonesia, tetapi juga merugikan hubungan internasional bangsa.

*Panggilan Mendesak untuk Akuntabilitas*

 

Pernyataan Lalengke menyoroti kebutuhan mendesak bagi Presiden Prabowo untuk mengambil tindakan segera dan tegas guna mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian. Ia menekankan bahwa para pemimpin polisi yang terlibat dalam skandal tersebut harus bertanggung jawab atas peran mereka dalam mengizinkan atau memfasilitasi pemerasan terhadap warga negara asing.

 

“Orang-orang ini telah mempermalukan seluruh bangsa. sudah saatnya Presiden menunjukkan kepemimpinan dan memberhentikan Kapolri dan Kapolda Metro Jaya. Mereka harus bertanggung jawab atas tindakan bawahannya, dan kegagalan mereka dalam bertindak tidak boleh dibiarkan begitu saja,” tambah Lalengke.

 

namun demikian, dengan menyebut polisi yang terlibat sebagai ‘hopsel coklat’ – sebuah istilah yang merendahkan yang berarti hama – Lalengke menyatakan ketidakpercayaannya terhadap skala kejahatan tersebut, yang ia gambarkan sebagai hal yang ‘tidak masuk akal’. pemerasan yang meluas, yang berdampak pada 400 korban secara bersamaan, telah menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar sebesar Rp 32 miliar. Lalengke menyebut kejadian itu ‘besar’ dan sulit dipercaya.

 

“Saya sulit percaya bahwa polisi ini bertindak atas inisiatif mereka sendiri,” kata Lalengke. “Kemungkinan besar mereka diberi perintah oleh komandannya, termasuk Kapolri melalui Kapolda. Jika petinggi kepolisian terlibat dalam skandal ini, kita patut bertanya: siapa yang menyuruh mereka melakukan tindakan keterlaluan itu? sungguh tidak masuk akal jika kita berpikir bahwa polisi tidak mempertimbangkan konsekuensinya. Mereka pasti sadar bahwa 400 korban tidak akan tinggal diam, apalagi mereka semua adalah orang asing, yang pasti akan bersuara ketika kembali ke negara asalnya.”

 

Lalengke menegaskan, apa pun alasan tindak pidana tersebut, reputasi Indonesia telah tercoreng parah di kancah internasional. Ia menegaskan, skandal ini menyoroti penyalahgunaan kekuasaan di tubuh kepolisian dan untuk itu Kapolri harus bertanggung jawab.

 

*Panggilan untuk Keterlibatan Interpol*

 

Wilson Lalengke lebih lanjut menekankan beratnya kasus pemerasan yang melibatkan warga negara asing, dan menyerukan keterlibatan Polisi Internasional (Interpol) untuk memastikan penyelidikan menyeluruh. Menurut Lalengke, kasus ini lebih dari sekadar pemerasan dalam negeri, karena kasus ini melibatkan warga negara asing yang menjadi korban pelaku yang berasal dari dalam negeri.

 

“Ini bukan kasus pungli biasa, warga dieksploitasi oleh sesama warganya, sayangnya hal ini sering terjadi,” kata Lalengke. “Ini adalah kejahatan yang berdampak internasional, dan harus ditangani seperti itu. keterlibatan Interpol sangat penting untuk memastikan kasus ini diselidiki dengan baik. Kita berhadapan dengan 400 orang WNA yang menjadi korban tindak pidana yang dilakukan pelaku dari negara lain. mengingat keterlibatan pejabat negara dalam masalah ini, jelas terdapat konflik kepentingan, dan sangat kecil kemungkinannya pemerintah daerah dapat melakukan penyelidikan yang tidak memihak.”

 

lalengke menekankan bahwa keseriusan kasus ini memerlukan perhatian internasional, mengingat skala kejahatan dan jumlah warga asing yang terkena dampaknya. Dia meminta Interpol untuk turun tangan dan membantu otoritas lokal untuk memastikan keadilan ditegakkan.

 

Selain pendiriannya yang tegas dalam kasus pungli, tindakan Lalengke belakangan ini juga membuatnya mendapat pengakuan di kancah dunia. baru-baru ini ia mendapat penghargaan dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta atas upayanya membela jurnalis Rusia yang menghadapi diskriminasi dari UNESCO selama konflik Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung.

 

“Kasus ini tidak hanya mencoreng reputasi Indonesia di dunia internasional, namun juga menyoroti perlunya akuntabilitas dan transparansi yang lebih kuat dalam penegakan hukum. Polisi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan pelakunya harus diadili, dari mana pun asalnya,” pungkas Lalengke. (APL/Merah)

Berita Terkait

Kata Usra Hendra Harahap Mantan Kedubes Indonesia Untuk Indonesia, Soal Polemik Kepulangannya ke Tanah Air.
*Warga Jepang Terindikasi Lakukan Praktek Jugun Ianfu dan Telantarkan Keluarga di Indonesia, Ketum PPWI Surati Kedubes Jepang*
Ucapan Tahun Baru serta Harapan Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Kuda Putih di tahun baru 2025 terhadap Masyarakatnya.
*Laporan UNESCO tentang Kondisi Pekerja Media Ditolak, Kedubes Rusia Sampaikan Apresiasi ke PPWI*
Brigadir tiara nissa zulbidah jadi delegasi polri pada Fpu perfomance workshop di china.
Islam sebagai Peradaban Universal: Pelajaran dari Kritik PM Malaysia terhadap Gus Miftah
PPWI Nasional Lakukan Courtesy Visit ke Kedutaan Besar Kuwait
BREAKING NEWS: Atas Perintah Raja Maroko, Putra Mahkota Moulay El Hassan Sambut Presiden Tiongkok di Casablanca
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 12 Januari 2025 - 16:32 WIB

Babinsa Sawit Turut Mendukung Kegiatan Donor Darah Anggota Difabel.

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:11 WIB

Strategi Pemasaran Kakao di Desa Bloro, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka: Meningkatkan Pendapatan Petani

Sabtu, 11 Januari 2025 - 23:12 WIB

Tour of kemala bhayangkari olahraga,budaya,dan umkm yogyakartan

Sabtu, 11 Januari 2025 - 15:40 WIB

Cegah PMK, Polsek Bulakamba Sambangi Peternakan Warga

Sabtu, 11 Januari 2025 - 15:22 WIB

Angka Pengangguran di Kabupaten Bandung Turun Signifikan Selama 4 Tahun Terakhir

Jumat, 10 Januari 2025 - 22:20 WIB

Betah Dengan Alam, Kunci Keseimbangan Hidup.

Jumat, 10 Januari 2025 - 21:27 WIB

Sambut Tahun Baru Dengan Meningkatkan Kualitas Diri*

Jumat, 10 Januari 2025 - 13:48 WIB

*Datangkan Instruktur Senam, Petugas dan Warga Binaan Lapas Brebes Senam Sehat Bersama*

Berita Terbaru

LINTAS DAERAH

Babinsa Sawit Turut Mendukung Kegiatan Donor Darah Anggota Difabel.

Minggu, 12 Jan 2025 - 16:32 WIB

PEMERINTAH DAN PARLEMEN

Mengatasi Permasalahan Struktural Pada Bangunan Tinggi: Tantangan Dan Solusi.

Minggu, 12 Jan 2025 - 15:35 WIB