CIBARITA ASAL MUASAL NAMA AMPARAN DJATI

- Penulis Berita

Jumat, 29 November 2024 - 14:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

CIBARITA ASAL MUASAL NAMA AMPARAN DJATI

 

Bismilahirohmanirohim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

” CIBARITA ASAL MUASAL NAMA AMPARAN DJATI (GUNUNG DJATI) DI DESA ASTANA KECAMATAN GUNUNG DJATI KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT ”

 

Bismilahirohmanirohim.
Gusti Ratu Singopuro alias Nyai Endang Sakheti alias Eyang Permaisuri Dewi Ayu Ningrum alias Nyai Siti Mutma’inah alias Mbok Gede Singopuro dalam perjalanan menjadi Ratu selaku Radja ke 2 (Dua) di Keratuwan Singopuro, Di Akhir Tahun 775 Hijriyah atau Tahun 1287 Saka/Djawa — (maaf belum mengenal Tahun Masehi, kalau dimasehikan Tahun 1354 Masehi), kedatangan Tamu Seorang Ulama dari Jazirah Arab Saudi, Ulama tadi Silaturahmi ke Keratuwan Singopuro, Singkat Cinarita, Ulama tadi sebelum ke Keratuwan Singopuro dia menuju Pantjer Sungai Djaladri, dan diterima dengan senang hati oleh Ki Ageng Pandu dan Istrinya Dewi Rinjani alias Nyai Ageng Pandu serta Ki Ageng Alap-alap alias Ki Ageng Djena Delap dan Ki Buyut ilir alias Ki Buyut Nawi Silir, kemudian setelah Ngobrol tentang keperluannya akan Silaturohmi ke Keratuwan Singopuro, terus Ulama tadi Diantar oleh Ki Pandu menuju Keraton Keratuwan Singopuro menyusuri Penanggul Sungai Djaladri, setelah sampai di Taman Keraton dan diterima semua Abdi Dalem yang sedang Istirahat duduk di Bale Lebu, yaitu Pangeran Surya Dilaga – Ki Ageng Waldhun – Ki Ageng Ronggo Diksuro – Ki Ageng Waldjan – Ki Ageng Pantjer Djati Ki Ageng Pengarung – Ki Ageng Kendal Rekso – Ki Ageng Djoyo Sampurno – Ki Ageng Suro Djoyo Diksuro – Ki Ageng Singo Kerti dan Ki Ageng Karsuki, Singkat Orang Cinarita, kemudian Ulama tadi Diantar masuk kedalam Keraton, oleh Maha Pati Keratuwan Singopuro yang bernama Pangeran Surya Dilaga alias Pangeran Banas Patih – Ki Kendal Rekso – Ki Ageng Pantjer Djati – Ki Ageng Singo Kerti – Ki Ageng Suro Djoyo Dikpuro dan Ki Ageng Pandu, lewat Lawang Gede Kahuripan dan di Lawang Pembuko sebelum masuk ke dalam Keraton Ketujuh orang tadi mengucap Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh, kemudian dijawab oleh Gusti Ratu Singopuro yang sedang duduk di Bale Agung dan Pangeran Arya Siwata – Pangeran Panguripan – Pangeran Djinabat – Pangeran Djaka Sadjadah – Pangeran Wira Dilaga dan Pangeran Sarmapo yang sedang mendengarkan Wedjangan dari Gusti Ratu Singopuro, menjawab Waaalaikumusalam Warohmatullohi Wabarohatuhu.

 

Singkatnya Orang Cinarita, Setelah semuanya duduk di Bale Dalem, kemudian Ki Ageng Pandu pitutur kepada Gusti Ratu Singopuro, dan setelah jelas kemudian Ulama tadi Pitutur kepada Gusti Ratu Singopuro, Gusti Ratu, sebelum saya menjelaskan tentang saya Silaturohmi ke Keratuwan Singopuro, saya pribadi mohon maaf lahir bathin, kalau diri saya ini tidak sopan atau sangat lancang, Gusti Ratu yang saya hormati, Perkenalkan nama saya, yaitu Syekh Sayyid Al-Syamsyi dari Negara Arab, setelah saya Berhasil Merapatkan Pulau yang mengambang dilaut Djawa, Saya berganti nama yang sesuai dengan Pulau tersebut yang banyak Pohon Djatinya, maka Djenengan saya yaitu Syekh Nur Djati, kemudian Gusti Ratu memotong Pituturnya Syekh Sayyid Al-Syamsyi, mohon maaf Syekh, bukan saya mengaku mengetahui tentang keberadaan Pandjenengan yang sedang Bertafakhur dipulau yang mengambang dilaut Djawa itu, pulau itu Namanya “GIRI NUR TJIPTA RENGGA” yang Maknanya yaitu – “GIRI > Gunung – NUR > Tjahaya – TJIPTA > Buatan – RENGGA > Tempat Duduk”, Syekh, Saya lihat Pandjenengan karena Sesama muslim, dan dengan tujuan Baik, yaitu ingin mengembangkan Agama Islam di Tanah Djawa ini, tetapi saya berdiam diri saja karena Pandjenengan bertujuan Baik datang ke Pulau Djawa Dwipa ini, kenapa saya diam saja Syekh, karena In Syaa Alloh dikemudian Djaman, ada salah satu Santrinya Syekh yang akan Membesarkan Agama Islam di Bumi Djawa Dwipa ini, walaupun Sala satu Santri tadi baru masuk Agama Islam, dan In Syaa Alloh dari Keturunan-keturannya yang akan Membesarkan Agama Islam di Tanah Djawa juga sampai keluar Djawa, bahkan hampir mendunia, dari keturunan salah satu Santri tersebut, kata Gusti Ratu Singopuro, mohon maaf Syekh, silakan dilanjutkan Ceritanya.

 

Kemudian Syekh Nur Djati Pitutur, mohon maaf Gusti Ratu, walaupun Gusti Ratu sudah mengetahui semua tentang diri Saya ini, Saya tetap akan bercerita tentang diri saya yang sampai ke Pulau Djawa ini, begini Gusti Ratu, diawal Tahun 772 Hijriyah atau 1284 Saka/Djawa – dan kalau ditahun masehikan, Tahun 1451 Masehi, Saya mulai Bertafakhur Siang Malam dibawa Baitulloh, tetapi kalau siang hari saya berteduh di bawah pohon kurma, dan kalau setelah Sholat Maghrib sampai waktu Isya tidak bangun, dan setelah Sholat Isya saya Duduk Bersilah lagi sampai Tengah malam, setelah Sholat malam, Saya melanjutkan lagi sampai waktu Subuh, sesudah Sholat Subuh saya mulai lagi sampai jam sembilan pagi, yang saya lakukan itu sampai Awal bulan Dzulhijjah Tahun 775 Hijriyah atau 1287 Saka/Djawa — kalau dimasehikan Tahun 1354 Masehi, selama Tiga Tahun yang saya lakukan Ingin mengembangkan Agama Islam bisa mendunia,

 

Dan Alhamdulillah di awal Bulan Dzulhijjah Tahun 775 Hijriyah atau Tahun 1284 Saka/Djawa — kalau dimasehikan Tahun 1354 Masehi, dapat Wedjangan dari Kebesaran Gusti Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, disepertiga malam Saya sedang Bertafakhur, kemudian ada suara memberi Salam kepada ku, yaitu Kandjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh, terus Saya jawab, Waaalaikumusalam Warohmatullohi Wabarohatuhu, kemudian Saya bertanya melalui Kolbuku, dengan Rendah hati Saya mohon maaf kalau diri Saya ini sangat tidak Sopan atau Sangat Lancang, Pandjenengan niku Siapa, kemudian kata Suara yang memberi Salam tadi menjawab, Syekh, Dengan Ke Agungan ugi Kemurahan Gusti Alloh, Kaula Saged Menemui Pandjenengan yang hatinya Bersih, Kaula niki Nabi Muhammad Syekh, terus Syekh Al-Syamsyi Bersujud Syukur atas mendengar yang datang adalah Kandjeng Nabi Muhammad, kata Kandjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, Syekh sangat mulia sekali Pandjenengan mempunyai Cita-cita, kalau Pandjenengan ingin membesarkan Agama Islam di Dunia ini, malam ini juga Pandjenengan harus pergi yang sangat jauh dari tanah Arab ini, yaitu menuju ke Pulau Djawa Dwipa, Pulau tersebut sangat Subur Makmur, juga Rakyatnya sudah Banyak Rakyatnya yang memeluk Agama Islam,

 

Berkat Berdirinya Keradjaan Islam yang Pertama di Bumi Pulau Djawa Dwipa, yang didirikan oleh Seorang Syekh, bernama Syekh Sayyid Maulana Djalalulloh, pada Tahun 423 Hijriyah atau Tahun 935 Saka/Djawa, yang bernama “KERADJAAN SINGOPURO” dan Djenengan Radjanya Prabu Widjaya Kusuma dan Istrinya bernama Dewi Ayu Ningrum, sampai akhir Tahun 763 Hijriyah atau Tahun 1275 Saka/Djawa, dan diteruskan oleh Istrinya yang bernama Dewi Ayu Ningrum alias Nyai Endang Sakheti, mulai Tahun 764 Hijriyah atau 1276 Saka/Djawa, Djenengan Ratunya bernama Ratu Singopuro, juga mengganti Nama Keradjaan, berganti Nama menjadi “KERATUWAN SINGOPURO”, naa Pandjenengan harus pergi malam ini ke suatu Pulau yang mengambang di Laut Djawa, pulau tersebut masuk wilayah kekuasaan Keratuwan Singopuro, maaf Syekh, coba lihat dengan Mata Bathinmu, tentang Pulau yang akan Tempati, kemudian Syekh Sayyid Al-Syamsy melihat dengan Mata Batinnya, terus berucap Subhanalloh, Bercahaya Gemerlap Sekali, Syekh, Pulau tersebut Namanya “GIRI NUR TJIPTA RENGGA”, nanti kalau Pandjenengan sudah tiba di Pulau tersebut, harus Bertafakhur selama Empat Puluh Hari, agar Pulau tersebut bisa MENYATU dengan Pulau Djawa, Syekh, itu saja Amanat dari Saya, Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh, terus dijawab dalam bathin, Waaalaikumusalam Warohmatullohi Wabarohatuhu.

 

Singkatnya Orang Cinarita, Syekh Sayyid Al-Syamsyi ditengah malam itu langsung mengumpulkan apa yang akan dibawanya, kemudian langsung Bertafakhur lagi agar ditengah malam itu juga bisa langsung pergi menuju suatu tempat yang akan menjadi Tujuan nya, dengan Kebesaran Gusti Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, Syekh Al-Syamsyi malam itu sebelum masuk waktu Sholat Subuh (waktu di Pulau Djawa), sudah tiba di Pulau yang dituju, Syekh Sayyid Al-Syamsyi tidak terasa lagi dirinya sudah tiba di Pulau yang ditujunya, pada Tahun 775 Hijriyah atau Tahun 1284 Saka/Djawa — (Maaf Belum mengenal Tahun Masehi – kalau dimasehikan Tahun 1354 Masehi, setelah Saya Bertafakhur selama Empat Puluh Hari, dengan kebesaran Gusti Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, Pulau yang bernama “Giri Nur Tjipta Rengga” Alhamdulillah bisa Menyatu dengan Pulau Djawa Dwipa, terus Saya mengganti Nama Pulau tersebut setelah menyatu dengan Pulau Djawa Dwipa, yaitu Namanya “AMPARAN DJATI” yang Maknanya “AMPARAN > Tempat (Gena)/Singgasana (Kroksi/Kursi) — DJATI > Lempeng/Lurus – jadi Artinya “SINGGAHSANA YANG LURUS” dan Saya mengganti Nama, yaitu Nama Saya “SYEKH NUR DJATI”, begitulah Gusti Ratu Asal Muasal Saya ketanah Djawa Dwipa ini, dan Saya dari Lubuk Hati Yang Dalam, Mohon maaf kalau Saya tidak Sopan atau Tingkah Laku saya Kurang Baik, karena Saya tidak Izin dahulu kepada Gusti Ratu Singopuro, yang selaku Ratu di Keratuwan Singopuro, kemudian Gusti Ratu Singopuro pitutur, Syekh Nur Djati, Saya selaku Ratu di Keratuwan Singopuro atas nama Keratuwan juga atas nama Rakyat Keratuwan Singopuro Sangat memaafkan Sariramu, apalagi Sariramu bertujuan sangat Mulia sekali, terus Syekh Nur Djati alias Syekh Sayyid Al-Syamsyi turun dari Bale Dalem langsung Sujud Syukur.

 

*Sekian Cinarita Singkat Asal Muasal AMPARAN DJATI, dan kalau Versi Cinarita yang Saya Tulis ini menyalin dari Babad Singopuro, yang asli tulisan nya memakai Bahasa Daerah Singopuro Asli, dan kalau tidak sama dengan Versi semua Pembaca, Saya mohon maaf, karena yang namanya Versi itu banyak sekali, juga kalau tutur kata bahasa Indonesia yang saya tulis kurang Baik, atau masih bercampur dengan Bahasa Djawa Singopuro, dari lubuk hati yang dalam, Penulis Mohon Maaf .*

*salam rahayu*

Berita Terkait

Tragedi di Alun-alun Pemalang: Pohon Tumbang Tewaskan Tiga Jamaah Shalat Id, Siapa Bertanggung Jawab..?
Lukisan Sarkastik tentang IKN Dipamerkan di Jakarta, Simbol Impian atau Krisis?*
2 Bocah tewas setelah di temukan terseret air saluran di Kalijaga Kota Cirebon
Doa Ziarah Kubur Orang Tua, serta Adab dan Tata Caranya
Satu Jenazah Korban Longsor di Petungkriyono Kembali Ditemukan, Total Korban Tewas 21 Orang
Viral Di Medsos, Pelaku Pembunuhan Seorang Wanita di Pallangga Berhasil Di Ungkap Polres Gowa
Petugas Gabungan Berhasil Evakuasi 17 Warga Terdampak Longsor di Petungkriyono, 8 Orang Dalam Pencarian
Bencana Tanah Longsor di Ubung, Kapolda Bali Cek Lokasi dan Berikan Bantuan Kepada Korban
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 23 Maret 2025 - 03:11 WIB

Lukisan Sarkastik tentang IKN Dipamerkan di Jakarta, Simbol Impian atau Krisis?*

Minggu, 16 Maret 2025 - 01:16 WIB

2 Bocah tewas setelah di temukan terseret air saluran di Kalijaga Kota Cirebon

Minggu, 26 Januari 2025 - 16:44 WIB

Doa Ziarah Kubur Orang Tua, serta Adab dan Tata Caranya

Kamis, 23 Januari 2025 - 14:28 WIB

Satu Jenazah Korban Longsor di Petungkriyono Kembali Ditemukan, Total Korban Tewas 21 Orang

Rabu, 22 Januari 2025 - 17:53 WIB

Viral Di Medsos, Pelaku Pembunuhan Seorang Wanita di Pallangga Berhasil Di Ungkap Polres Gowa

Selasa, 21 Januari 2025 - 18:45 WIB

Petugas Gabungan Berhasil Evakuasi 17 Warga Terdampak Longsor di Petungkriyono, 8 Orang Dalam Pencarian

Senin, 20 Januari 2025 - 19:21 WIB

Bencana Tanah Longsor di Ubung, Kapolda Bali Cek Lokasi dan Berikan Bantuan Kepada Korban

Senin, 20 Januari 2025 - 06:09 WIB

Bupati Kuningan Terpilih : Merasa Prihatin dan Harus Segera Ditangani terkait longsor di Cimaha

Berita Terbaru

LINTAS DAERAH

Polisi Pekalongan Bantu Mobil Pemudik yang Mogok

Rabu, 2 Apr 2025 - 09:56 WIB