Geopolitik Gunung Lewotobi: Implikasi Erupsi Terhadap Maumere Dan Dinamika Regional.
Oleh : Imelda Nesa Patricia
Gunung Lewotobi, terletak di kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah salah satu gunung berapi aktif yang memiliki dampak terhadap geopolitik dan ekonomi wilayah sekitarnya, terutama Maumere.
Gunung Lewotobi laki-laki merupakan salah satu gunung api yang memiliki aktivitas vulkanik yang cukup tinggi hingga beberapa kali erupsi sepanjang tahun 2024 ini.
Letusan yang baru saja terjadi pada 12 November 2024 pukul 19.18 WITA, yang kemudian berlanjut hingga Hari Rabu pagi.
Letusan ini menghasilkan suara gemuruh yang dapat terdengar hingga Kota Maumere dan disertai dengan dua aliran lava pijar yang meluncur sejauh 3,8 kilometer ke arah timur laut dan 3,9 kilometer ke arah barat.
Lantas telah menciptakan tantangan besar bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
Letusan Gunung Lewotobi yang terjadi tidak hanya berdampak pada lingkungan dan keselamatan masyarakat, tetapi juga mempengaruhi infrastruktur transportasi dan penerbangan, yang berdampak pada perekonomian secara luas.
Penutupan jalur transportasi dan pembatalan penerbangan internasional menunjukkan bagaimana bencana alam dapat mengganggu mobilitas dan perdagangan, serta menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam pengelolaan bencana dan pemulihan ekonomi.
Selain itu, respons pemerintah daerah dalam menangani evakuasi dan mitigasi risiko menunjukkan pentingnya kebijakan publik dalam menghadapi bencana alam, yang merupakan aspek penting dalam studi geopolitik.
A). Dampak Sosial Dan Ekonomi.
Erupsi Gunung Lewotobi menghasilkan suara gemuruh yang terdengar hingga Maumere, berjarak sekitar 55 kilometer dari gunung.
Letusan ini menyebabkan penutupan jalur transportasi utama dan pembatalan puluhan penerbangan internasional, yang berdampak langsung pada mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi.
Penutupan jalan dari Maumere ke Larantuka juga mengganggu distribusi barang dan layanan darurat, mempersulit akses bagi pengungsi dan masyarakat yang terdampak.
B). Resiko Lingkungan Dan Kesehatan.
Abu vulkanik yang menyebar hingga Pulau Lombok menunjukkan bahwa dampak erupsi tidak hanya terbatas pada daerah sekitar.
Paparan debu vulkanik dapat mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan, serta mengganggu aktivitas pertanian yang menjadi sumber pendapatan utama bagi penduduk setempat.
Selain itu, potensi banjir lahar akibat hujan yang membawa material vulkanik menjadi ancaman tambahan bagi keselamatan masyarakat.
C). Respons Pemerintah Serta Kesiapsiagaan Bencana.
Pemerintah daerah telah meningkatkan upaya mitigasi dengan menutup area berisiko dan melakukan evakuasi warga dari desa-desa terdekat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk memastikan keselamatan warga serta distribusi bantuan.
Namun, tantangan koordinasi dalam penanganan bencana ini menunjukkan perlunya sistem manajemen risiko yang lebih baik di wilayah rentan seperti NTT.
D). Implikasi Geopolitik.
Dari perspektif geopolitik, erupsi Gunung Lewotobi mencerminkan kerentanan Indonesia terhadap bencana alam, yang dapat mempengaruhi stabilitas sosial dan ekonomi di kawasan tersebut.
Keterhubungan antara aktivitas vulkanik dengan dampaknya terhadap infrastruktur transportasi dan penerbangan menyoroti pentingnya investasi dalam infrastruktur yang tahan bencana serta sistem peringatan dini yang efektif.
E). Geopolitik Regional.
Erupsi ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dengan lembaga internasional dan organisasi non-pemerintah dalam penanggulangan bencana.
Kerjasama ini tidak hanya penting untuk penanganan saat ini tetapi juga untuk persiapan menghadapi potensi bencana di masa depan
-/. Kesimpulan.
Gunung Lewotobi tidak hanya menjadi simbol keindahan alam Flores tetapi juga tantangan besar bagi masyarakatnya.
Erupsi yang terjadi menuntut perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk memperkuat infrastruktur, meningkatkan kesiapsiagaan bencana, dan mendukung pemulihan ekonomi pasca-bencana.
Dalam konteks geopolitik, situasi Ini menegaskan perlunya pendekatan holistik dalam pengelolaan risiko bencana di Indonesia.
GELSON _ PATROLINEWS86.COM